23 April 2018

Laba BTPN Tumbuh 12%


JAKARTA, 23 April 2018 – Selaras dengan visi mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia dengan didukung teknologi digital, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) secara konsisten terus melakukan inovasi dan transformasi agar relevan dengan penggunanya. Inovasi dan transformasi merupakan agenda strategis BTPN yang dilaksanakan secara konsisten sejak 2015.

 

Inovasi diwujudkan melalui produk-produk baru berbasis digital. Sedangkan transformasi digulirkan dengan mengubah konsep pelayanan nasabah dari bank-centric, menjadi customer-centric. Perubahan tersebut tecermin pada penggunaan platform digital (digitalisasi) dalam existing business yang mencakup pengembangan alternative channels, integrasi cabang, automasi proses, transformasi infrastruktur IT, dan pelatihan (retraining) karyawan.

 

“Melalui transformasi digital ini, jaringan layanan nasabah bertambah luas dengan kualitas yang tetap terjaga, meski jumlah kantor cabang berkurang dan organisasi menjadi lebih ramping.  Langkah stategis ini akan kami lanjutkan hingga akhir 2018,” kata Jerry Ng, Direkur Utama BTPN.

 

Transformasi dan inovasi digital juga meningkatkan efisiensi. Hal tersebut terlihat pada penurunan biaya operasional dan rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR). Biaya operasional pada kuartal I-2018 turun 12% (year on year/Yoy) menjadi Rp1,2 triliun. Sementara itu, komponen CIR sebesar 54%, lebih rendah dari kuartal I-2017 sebesar 62%. Jika tidak memperhitungkan investasi baru, CIR sebesar 46% lebih rendah dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 52%.

     

Penurunan biaya operasional tersebut memberikan pengaruh positif kepada kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan (profitabilitas). Laba bersih BTPN (net profit after tax/NPAT) tumbuh 12% dari Rp478 miliar pada kuartal I-2017 menjadi Rp535 miliar pada kuartal I-2018, meski pada kurun waktu yang sama penyaluran kredit tumbuh tipis dari Rp65,0 triliun menjadi Rp65,3 triliun.

 

Pertumbuhan kredit BTPN kuartal I-2018 antara lain ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen usaha kecil dan menengah (small and medium enterprises/SME) mencapai Rp12,0 triliun, atau tumbuh 19% dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp10 triliun. Sementara itu, pembiayaan masyarakat prasejahtera produktif melalui BTPN Syariah tumbuh 22% menjadi Rp6,2 triliun.

 

Penyaluran kredit tersebut tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 1,0%.

 

Guna melanjutkan agenda inovasi dan transformasi, meski biaya operasional turun, BTPN tetap berinvestasi untuk pengembangan digital. Selama kuartal I-2018, BTPN telah mengalokasikan investasi baru untuk Jenius dan BTPN Wow! sebesar Rp150 miliar.

 

“Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan di struktur biaya tidak mengurangi komitmen kami dalam mewujudkan BTPN sebagai bank nasional yang paling siap untuk beradaptasi dan berkontribusi dalam era ekonomi digital,” kata Jerry.

 

BTPN Wow! dan Jenius merupakan platform digital banking yang dikembangkan untuk melayani dua segmen yang berbeda. BTPN Wow! diperuntukkan bagi segmen below-consuming-class yang terdiri dari petani, nelayan, buruh, pekerja informal, dan para pedagang mikro. Sedangkan Jenius ditujukan untuk segmen consuming-class. Hingga akhir Maret 2018, jumlah agen BTPN Wow! mencapai lebih dari 210.000 agen dan melayani lima juta Nasabah. Sedangkan pengguna aktif Jenius mencapai 560.000 orang pada periode yang sama. 

 

Selain fokus mengembangkan platform digital, BTPN juga tetap menjaga komitmennya dalam memberdayakan dan meningkatkan kapasitas Nasabah melalui Program Daya, yakni kegiatan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan dan terukur. Untuk menciptakan aktivitas pendampingan yang lebih luas dan efektif, BTPN juga mengimplementasikan Program Daya secara digital. Sepanjang kuartal I-2018, BTPN telah menyelenggarakan 30,874 pelatihan Daya dengan jumlah peserta 327,102 nasabah.

 

Program transformasi digital dan pemberdayaan Nasabah ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Hal tersebut terlihat dari total pendanaan (funding) meningkat 3% (yoy) dari Rp74,3 triliun pada kuartal I-2017 menjadi Rp76,3 triliun pada akhir kuartal I-2018. Sementara itu, aset perseroan tercatat naik 3% (yoy) dari Rp92,9 triliun menjadi Rp95,8 triliun dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di 24,8%.


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.