29 Juli 2015

KREDIT UMKM TUMBUH 32%, PEMBIAYAAN SEGMEN PRASEJAHTERA PRODUKTIF TUMBUH 56%


Jakarta, 29 Juli 2015 – Fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market),  PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) terus memperkuat perannya dalam memberdayakan masyarakat dari segmen tersebut.

Hal itu terlihat dari penyaluran kredit sepanjang semester I-2015 yang tumbuh moderat dengan  tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) rendah. Pada 30 Juni 2015, BTPN membukukan kredit Rp55,7 triliun, tumbuh 11% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp50 triliun. Sedangkan NPL terjaga di level 0,8%, jauh di bawah ambang batas NPL yang ditetapkan regulator.

“Sepanjang semester I-2015 situasi perekonomian dibayangi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat. Kami bersyukur BTPN tetap dapat bertumbuh, menjaga kualitas kredit dengan baik, dan tetap konsisten mengimplementasikan program pemberdayaan nasabah pada periode menantang tersebut,” kata Jerry Ng, Direktur Utama BTPN. 

Penyaluran kredit UMKM tumbuh signifikan dan menjadi motor pertumbuhan. Portofolio kredit segmen ini mencapai Rp14,8 triliun per akhir Juni 2015, tumbuh 32% (year-on-year/yoy). Jika dihitung secara year to date (ytd), atau dari posisi Desember 2014 yang tercatat Rp12,7 triliun, kredit segmen UMKM meningkat 16%. “Data ini memperlihatkan aktivitas bisnis di segmen UMKM tetap menggeliat, meski perekonomian sedang menghadapi tekanan. Kami tentu senang, dalam kondisi ini dapat terus meningkatkan partisipasi dalam membiayai UMKM,” kata Jerry.

Selain membiayai pelaku UMKM, BTPN juga menyalurkan kredit ke para pensiunan, dan melalui anak usaha BTPN Syariah, juga menyalurkan kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif. Kredit pensiun tumbuh 8% (yoy) menjadi Rp35,8 triliun, sedangkan penyaluran kredit ke segmen prasejahtera produktif melonjak 56% (yoy), dari Rp2,1 triliun menjadi Rp3,2 triliun. “Ekspansi kredit ke segmen  prasejahtera produktif sungguh pencapaian yang luar biasa, mengingat rata-rata pinjaman sebesar Rp1,5 juta per nasabah per tahun. Ini menunjukkan tingginya kebutuhan pendanaan di kelompok masyarakat bawah,” kata Jerry.  

Untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas BTPN Syariah dalam melayani segmen prasejahtera produktif, BTPN dan PT Triputra Persada Rahmat selaku pemegang saham menyuntikan modal baru senilai Rp160 miliar sehingga status BTPN Syariah naik kelas ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) II. “Kami sudah mendapatkan izinnya. Langkah selanjutnya adalah menciptakan produk dan inovasi baru untuk meningkatkan peranan di segmen ini, misalnya mensinergikan layanan BTPN Wow! untuk nasabah BTPN Syariah,” katanya.

BTPN Wow! merupakan brand BTPN untuk program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Manajemen meyakini layanan ini dapat meningkatkan akses masyarakat ke sistem perbankan. “Semakin banyak masyarakat yang masuk ke sistem perbankan (bankable), maka semakin terbuka peluang pembiayaan baru. Bagi BTPN Syariah, layanan berbasis telpon selular ini sangat strategis karena sebagian besar target pasarnya belum memiliki rekening, tinggal di pelosok desa dan jauh dari jangkauan layanan perbankan,” katanya.

BTPN juga konsisten memberikan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan kepada nasabah. Pelatihan dan pendampingan yang dikenal dengan Program Daya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nasabah yang meliputi para pensiunan, pelaku UMKM, serta komunitas prasejahtera produktif.

Sepanjang Semester I-2015, BTPN telah menyelenggarakan 47.912 aktivitas Daya. Sedangkan jumlah peserta Program Daya mencapai 676.526 nasabah. Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pemberdayaan. 

Untuk menyesuaikan laju pertumbuhan kredit dan memperbaiki cost of fund, BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Per 30 Juni 2015, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp57,1 triliun, tumbuh 8% dari periode yang sama tahun lalu Rp52,7 triliun. Sementara itu, pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi sebesar Rp7,68 triliun, meningkat 22% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp6,28 triliun. Dengan demikian, total funding BTPN mencapai Rp64,8 triliun tumbuh 10% (yoy). 

Dengan menyeimbangkan DPK dan kredit, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 98%. Namun, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 86%, sangat kuat dan sehat.  “Kami menyambut baik inisiatif regulator memasukkan obligasi dalam komponen penghitungan rasio likuiditas. Perluasan definisi LDR menjadi loan to funding ratio (LFR) dapat meningkatkan rasa percaya diri perbankan dalam meningkatkan kredit,” kata Jerry. 

Pertumbuhan yang moderat di sisi kredit dan DPK, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 11% (yoy) dari Rp71,4 triliun menjadi Rp79,5 triliun pada 30 Juni 2015. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,6%. Sementara itu, laba bersih setelah pajak (NPAT) Semester I-2015 mencapai Rp928 miliar, lebih rendah 7% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp996 miliar. 

“Kinerja BTPN menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan rasio-rasio yang sehat dan kuat. Kami optimistis, ke depan BTPN akan mampu bertumbuh bahkan lebih baik lagi,” tutup Jerry.  

-oOo-

 


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.