23 Januari 2014

PEMBERDAYAAN DORONG KEUANGAN INKLUSIF


SEMARANG:  Harian Bisnis Indonesia bersama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) menggelar  Media Workshop dengan tema “Financial Inclusion – Peluang dan Tantangan Pembiayaan Mikro 2014” di Semarang,  Rabu (22/1).  Acara tersebut  menghadirkan Ekonom CIDES Umar Juoro dan Daya Head BTPN David Freddynanto.

Dalam pemaparannya Umar Juoro menyebutkan, jumlah masyarakat Indonesia yang belum tersentuh jasa layanan keuangan seperti transfer, menabung ataupun kredit masih tinggi. Hal ini terlihat pada hasil survei World Bank (2010) yang mencatat hanya 47% dari total masyarakat penabung dan 17% dari total masyakarat peminjam. Sementara itu, Global Financial Inclusion Index 2011 mengungkapkan bahwa hanya 19,6% jumlah orang dewasa yang memiliki account di bank. Rendahnya masyarakat berbank mengakibatkan rasio deposit terhadap GDP rendah dan loan/GDP terendah di kawasan regional.

Sedangkan terkait penyaluran kredit ke UMKM, data Bank Indonesia (BI) per Desember 2012  menunjukkan  pembiayaan bank ke sektor UMKM Rp 526,4 triliun, atau sekitar 19% dari total penyaluran kredit bank senilai Rp 2.707,86 triliun. Dengan kata lain, penetrasi pembiayaan ke pelaku UMKM, khususnya mikro, sangat rendah.

Sementara itu, data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat dari total PDB 2012, kategori unit usaha UMKM mengisi sekitar 59% dari keseluruhan PDB di Indonesia. Dari kategori unit usaha UMKM tersebut, usaha mikro merupakan 90% dari jumlah unit usaha, dan sisanya adalah pelaku usaha menengah dan kecil.  Jelas terlihat bahwa UMKM memainkan peranan sangat penting dalam perekonomian.

Menurut Umar Juoro, rendahnya penetrasi finansial ini didorong oleh beberapa hal, seperti kurangnya kemampuan pelaku usaha mikro dalam melakukan pencatatan dan pengelolaan uang, anggapan bahwa berhubungan dengan bank itu rumit, serta  rasa tidak percaya diri untuk mengembangkan usaha.  Di sisi sebaliknya, bank juga kerap melihat sektor mikro terlalu berisiko dan berbiaya tinggi.

“Dibutuhkan inovasi agar keuangan inklusif bisa berjalan. Karena hanya dengan terbukanya akses masyarakat kepada pelayananan jasa keuangan, maka masyarakat akan dapat meningkatkan kegiatan ekonominya dan juga kesejahteraannya. Pemberian pinjaman modal semata saja tidak cukup, dibutuhkan pendampingan dan peningkatan kapasitas bagi para pelaku UMKM,” Jelas Umar.

Fokus dan konsisten menggarap pasar masyarakat berpenghasilan rendah serta usaha mikro dan kecil (mass market), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) meyakini bahwa mass market bukan hanya membutuhkan akses keuangan, melainkan juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas mereka yang pada akhirnya akan medorong usahanya untuk bertumbuh secara  berkelanjutan.

Berlandaskan keyakinan itu, BTPN mengembangkan Program Daya, sebuah program pemberdayaan mass market yang terukur dan berkelanjutan yang menjadi Unique Value Proposition (UVP) dari BTPN. Daya diterapkan pada empat unit bisnis BTPN yaitu BTPN Purna Bakti — unit bisnis yang fokus  melayani nasabah pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat — unit bisnis yang fokus  melayani pelaku usaha mikro & kecil, BTPN Syariah — unit bisnis yang fokus  melayani nasabah dari komunitas pra-sejahtera produktif, serta BTPN Sinaya yang merupakan unit bisnis pendanaan.

Menurut David Freddynanto, melalui Program Daya, BTPN tidak hanya membuat nasabahnya memiliki akses finansial, namun juga membuat mereka menjadi melek finansial. Dengan demikian setiap nasabah bisa memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan mereka dan menumbuhkan usahanya.

BTPN meyakini bahwa  pemberdayaan dan pendampingan yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan akan berdampak ke kualitas kredit dan loyalitas debitur.

“Hasil penelitian yang dilakukan Manajemen dan Bisnis IPB (MB IPB) dan BTPN pada Februari 2013 lalu menunjukan korelasi positif antara frekuensi mengikuti program pelatihan dengan peningkatan omzet dan penurunan biaya operasional usaha nasabah. Nasabah yang disiplin mempraktekkan pelatihan keuangan dalam mengelola usahanya, merasakan langsung manfaat pelatihan program Daya,” kata David.


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.