20 Oktober 2009

SIARAN PERS: KINERJA BTPN PER 30 SEPTEMBER 2009


Kredit Tumbuh 36%, Dana Masyarakat Tumbuh 41%
NPL netto 0,02% dan Aset tumbuh 39%


Jakarta, 20 Oktober 2009. Laporan Keuangan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) per 30 September 2009 menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik sekaligus hasil positif dari upaya pengembangan bisnis yang dapat menjamin pertumbuhan kinerja secara berkelanjutan di masa depan. 

Sejalan dengan fokus usaha dan komitmen dalam penyaluran kredit pada segmen pasar  Usaha Mikro & Kecil (UMK) dan Pensiunan, per 30 September 2009, total kredit (gross) yang disalurkan mencapai Rp 13,8 triliun atau tumbuh 36% dari sebelumnya Rp 10,1 triliun per 30 September 2008. Pertumbuhan kredit secara konsisten diikuti pula dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko. Per 30 September 2009, rasio kredit bermasalah bruto (NPL gross) mencapai 0,49% menurun dari sebelumnya per 30 September 2008 sebesar 0,77%, dan NPL netto mencapai 0,02% per 30 September 2009. Sementara itu jumlah aset mencapai Rp 19,3 triliun atau tumbuh 39%. “Kami terus berupaya untuk mengoptimalkan penyaluran kredit dengan senantiasa menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko,” papar Jerry Ng, Direktur Utama BTPN.

Pertumbuhan kredit yang tinggi juga berhasil diimbangi dengan peningkatan jumlah dana masyarakat yang signifikan yaitu mencapai Rp 16,6 triliun pada 30 September 2009 atau meningkat 41% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, dalam rangka mendukung perkembangan bisnis dan sebagai alternatif pembiayaan jangka panjang, pada 8 Oktober 2009  BTPN telah berhasil menerbitkan dan mencatatkan obligasi Rupiah sejumlah Rp 750 miliar di Bursa Efek Indonesia. Obligasi ini memiliki tenor 3 tahun dan 5 tahun dengan National Long-term rating A+ (idn) dari Fitch Ratings. Selanjutnya pada awal Oktober 2009, International Finance Corporation (IFC) telah berkomitmen untuk memberikan fasilitas pinjaman dalam bentuk Senior Loan dan Convertible Loan dengan jangka waktu 5 tahun. Fasilitas pinjaman tersebut adalah dalam mata uang Rupiah dengan jumlah ekuivalen USD 70 juta. “Dengan peningkatan dana masyarakat serta didukung dengan penerbitan obligasi dan didapatkannya fasilitas pinjaman IFC, BTPN memiliki keleluasaan untuk terus mengembangkan bisnis dan menjalankan fungsi intermediasi secara optimal” jelas Jerry.

Sampai dengan 30 September 2009, pendapatan operasional mencapai Rp 1,57 triliun atau meningkat sebesar 27% dari sebelumnya Rp 1,24 triliun pada 30 September 2008. Kenaikan pendapatan operasional ini terutama berasal dari peningkatan pendapatan bunga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit. 

Sejalan dengan strategi bisnis dalam melayani para pelaku UMK, BTPN secara konsisten terus mengembangkan jaringan operasionalnya melalui pembukaan cabang BTPN|mitra usaha rakyat dan penambahan sumber daya manusia. Sampai dengan 30 September 2009, BTPN telah membuka sejumlah 345 kantor BTPN|mitra usaha rakyat baru sehingga jaringan distribusi BTPN mencapai 857 kantor, termasuk diantaranya 391 kantor BTPN|mitra usaha rakyat yang hingga kini telah melayani lebih dari 70.000 pedagang kecil serta pemilik kios di pasar tradisional. Untuk mendukung peningkatan jaringan distribusi tersebut maka sepanjang tahun 2009 telah dilakukan rekrutmen sejumlah 4.700 karyawan sehingga jumlah karyawan per 30 September 2009 mencapai 8.700 orang. 

Investasi untuk pengembangan bisnis UMK yang dilakukan sepanjang tahun 2009 ini menyebabkan peningkatan beban operasional. Namun demikian momentum peningkatan laba bersih secara konsisten setiap triwulan tetap dapat dipertahankan. Laba bersih triwulan pertama 2009 sebesar Rp 57,4 miliar dan laba bersih triwulan dua 2009 sebesar Rp 83,2 miliar, sementara laba bersih triwulan tiga mencapai Rp 125,6 miliar (atau meningkat 51% dari laba bersih triwulan dua 2009). Per 30 September 2009, laba bersih BTPN mencapai Rp 266,2 miliar, turun 18% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Per 30 September 2009 BTPN mampu mempertahankan rasio kecukupan modal sebesar 21% atau jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%. “Dalam mengembangkan segmen UMK dan Pensiunan, kami mengutamakan pertumbuhan yang optimal secara berkelanjutan ditopang oleh pengembangan infrastruktur operasional, pengelolaan manajemen risiko yang baik, penambahan cabang dan penambahan jumlah SDM” jelas Jerry menutup pembicaraan.


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.