Kontribusi nyata BTPN di kota kelahirannya melalui aksi restorasi Gedung De Driekleur berbuah apresiasi dari UNESCO. Misi mulia dan bersejarah yang membanggakan.
JUMAT, 17 Agustus 1945. Gedung De Driekleur di kawasan Dago, Bandung, Jawa Barat, menjadi saksi ketika pagi itu Kantor Berita Domei yang berkantor di gedung itu menerima kawat dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia di Kota Bandung untuk pertama kalinya.
Kini, setelah 70 tahun, sejak pendudukan Jepang di Indonesia berakhir, Gedung “Tiga Warna” yang terletak di sudut Jalan Sultan Agung dan Jalan Ir. H. Djuanda itu masih berdiri kokoh. Kesan bersahaja namun penuh kewibawaan masih terpancar dari gedung berkelir dominan putih yang mirip kapal pesiar itu. Tak banyak ornamen di gedung berlantai empat itu.
Adalah Albert Frederik Aalbers, arsitek Belanda yang merancang dan membangun gedung itu pada tahun 1938. Aalbers termasuk salah satu arsitek paling kesohor di Hindia Belanda—nama Indonesia pada masa pendudukan Belanda. Pada masa itu, Aalbers dan arsitek lainnya sedang menggandrungi aliran seni Art Deco yang hasil karyanya menggambarkan kebebasan jiwa dan kemajuan.
Bank Tabungan Pensiuan Nasional (BTPN), menjadi salah satu institusi yang peduli dan turut “menyelamatkan” Gedung De Driekleur dari kehancuran dengan melakukan restorasi. Sejak awal 2000, bank yang fokus memberdayakan kalangan masyarakat berpenghasilan rendah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ini menggandeng Budi Lim, arsitek berpengalaman dengan keahlian konservasi dan restorasi, untuk memimpin misi mulia dan bersejarah itu. Seperti halnya Aalbers, nama Budi Lim juga cukup disegani. Hal ini terbukti dengan penghargaan tertinggi United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) Asia-Pacific Heritage Awards pada 2001 karena telah merestorasi Gedung Museum Arsip Nasional di Jakarta.
Untuk Gedung De Driekleur, proses restorasi yang dilakukan Budi Lim menghabiskan waktu selama kurang lebih empat tahun. Sebagian besar waktunya untuk melakukan riset atas gedung tersebut dan material-material yang digunakan oleh arsitek. “Kami berupaya keras merestorasi kembali bangunan ini sesuai aslinya,” ungkap Budi Lim.
Setelah selesai direstorasi, sejak 2007 Gedung De Drieklieur dirawat dan digunakan oleh BTPN sebagai kantor cabang BTPN Sinaya, unit bisnis pendanaan. Misi mulia dan bersejarah BTPN berkolaborasi dengan Budi Lim melakukan restorasi berbuah apresiasi. Tak hanya dari masyarakat dan kalangan Pemkot Bandung tapi juga dari dunia internasional. Pada 21 April 2015, UNESCO memberikan penghargaan kepada BTPN berupa “UNESCO Asia Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation” untuk kategori “Honourable Mention”.
Dalam acara pemberian plakat penghargaan dari UNESCO di Gedung De Driekleur tersebut, Ongki W. Dana, Wakil Direktur Utama BTPN menyampaikan terima kasih kepada UNESCO atas apresiasi tersebut. BPTN juga merasa bangga bisa menjadi bagian dalam upaya merawat cagar budaya di Kota Bandung melalui restorasi De Driekleur. “Terlebih, kota ini merupakan cikal bakal lahirnya BTPN 57 tahun lalu karenanya BTPN merasa wajib untuk memberikan kontribusi kepada kota Bandung,” ujar Ongki W. Dana, Wakil Direktur Utama BTPN dalam acara tersebut.
Budi Lim, yang hadir dalam acara tersebut, juga memberikan apresiasi kepada BTPN. Menurut pengakuannya, setelah mempelajari bangunan De Driekleur selama empat tahun, dia memiliki satu kesimpulan. “Saya melihat adanya benang merah antara BTPN dengan spirit dan khas jiwa Art Deco yang memperhatikan masyarakat menengah dan kelas bawah,” tutupnya.
Bagikan
