Bank BTPN E-Banking & Banking Reinvented
Nikmati kemudahan dan kenyamanan akses perbankan dari PC, Laptop, Tablet, atau Smartphone Anda.
SMAR&TS
TOUCHBIZ
AksesBisnis@BTPN
Jenius Banking Reinvented
30 April 2015
FOKUS MELAYANI MASS MARKET KREDIT UMKM BTPN TUMBUH 29%, NPL 0,8%
Jakarta, 30 April 2015 – Fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) terus memperkuat perannya di segmen tersebut.
Hal tersebut tercermin dari penyaluran kredit sepanjang triwulan I-2015 yang tumbuh moderat. Pada 31 Maret 2015, BTPN membukukan kredit Rp53,4 triliun, tumbuh 13% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp47 triliun (konsolidasi). Untuk sektor UMKM penyaluran kredit mencapai Rp13,7 triliun, tumbuh 29% apabila dibandingkan dengan posisi Maret 2014 sebesar Rp10,6 triliun. Sementara penyaluran kredit kepada para pensiunan juga tumbuh sebesar 11% menjadi Rp35,2 triliun pada akhir Maret 2015.
“Aktivitas bisnis di segmen UMKM merupakan salah satu bisnis inti BTPN. Kami bersyukur dapat terus meningkatkan partisipasi dalam pembiayaan sektor UMKM di tanah air,” kata Jerry Ng, Direktur Utama BTPN.
Demikian pula penyaluran kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif (productive poor) melalui anak usaha BTPN Syariah menunjukkan kinerja positif. Kredit ke segmen ini melonjak 64% (year on year/yoy) dari Rp1,62 triliun menjadi Rp2,65 triliun.
“Ekspansi kredit ke segmen productive poor sungguh pencapaian yang luar biasa, mengingat rata-rata pinjaman nasabah dibawah Rp2 juta per orang. Ini menunjukkan tingginya kebutuhan pendanaan di kelompok masyarakat bawah,” kata Jerry.
Kenaikan penyaluran kredit tersebut tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian yang tercermin dari NPL gross terjaga di level 0,8% pada triwulan ini. Rasio ini jauh di bawah ambang batas NPL yang ditetapkan regulator.
Hal tersebut tidak terlepas dari konsistensi BTPN dalam memberdayakan mass market. Melalui pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan dan terukur yang dikemas dalam Program Daya, BTPN berupaya terus meningkatkan kapasitas para nasabah.
Sepanjang triwulan I 2015, BTPN telah menyelenggarakan 21.965 aktivitas Daya. Sedangkan jumlah peserta Program Daya mencapai 311.795 nasabah. Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pemberdayaan.
Sementara itu, untuk menyesuaikan laju pertumbuhan kredit dan memperbaiki cost of fund, BTPN terus menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Per 31 Maret 2015, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp54,4 triliun, tumbuh 10% dari periode yang sama tahun lalu Rp49,3 triliun. Sementara itu, pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi sebesar Rp8,3 triliun, meningkat 28% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp6,4 triliun. Dengan demikian, total funding BTPN tumbuh 12% (yoy) menjadi Rp62,6 triliun.
Dengan menyeimbangkan penghimpunan DPK dan penyaluran kredit, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 98%. Namun, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 85%. Selain itu, BTPN masih memiliki fasilitas pinjaman dari SMBC dan IFC sebesar USD 300 juta yang dapat ditarik setiap saat. “Rasio ini menunjukkan likuiditas kami masih sangat kuat dan sehat,” kata Jerry.
Pertumbuhan yang moderat di sisi kredit mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 14% (yoy) dari Rp67,3 triliun menjadi Rp76,6 triliun pada 31 Maret 2015. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,9%, jauh di atas ambang batas ideal yang ditentukan regulator.
Sementara itu, laba bersih setelah pajak (NPAT) triwulan I-2015 mencapai Rp481 miliar, sedikit lebih rendah 3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp493 miliar. “Pencapaian triwulan I secara umum menunjukkan momentum yang baik. Kami optimistis, ke depan BTPN akan mampu bertumbuh bahkan lebih baik lagi,” lanjut Jerry.
Ke depan, BTPN akan terus menciptakan berbagai inovasi baru untuk meningkatkan peranannya dalam memberdayakan segmen mass market. Yang terbaru, BTPN resmi menjadi salah satu bank pelaksana program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) dengan meluncurkan BTPN Wow! pada 30 Maret 2015 lalu.
“Laku Pandai merupakan konsep revolusioner yang akan mengubah peta perilaku masyarakat Indonesia dalam berbank, sekaligus akan mengubah peta persaingan industri perbankan di masa mendatang. Kami meyakini, semakin banyak masyarakat yang masuk ke sistem perbankan (bankable), maka semakin terbuka peluang-peluang pembiayaan baru. Bank juga makin efisien dalam melayani Nasabah di pelosok,” tutup Jerry.
***
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]
PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.