Siaran Pers : Bank BTPN

23 April 2015

KREDIT BTPN TUMBUH 13%, KUALITAS TERJAGA SEHAT


Jakarta, 23 April 2015 – Fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market),  PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) terus memperkuat perannya dalam memberdayakan masyarakat dari segmen tersebut.

Hal itu terlihat dari penyaluran kredit sepanjang 2014 yang tumbuh moderat dengan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) rendah. Pada akhir 2014, kredit  tumbuh 13% (year-on-year/yoy) dari Rp 46,1 triliun pada 31 Desember 2013 menjadi Rp 52 triliun pada 31 Desember 2014. Pertumbuhan kredit BTPN ini sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri yang berada pada kisaran 12%.

“Kami bersyukur dapat tumbuh di tengah situasi perekonomian yang menantang. Yang menggembirakan, penyaluran kredit ke segmen UMKM mampu tumbuh 22% di sepanjang 2014. Ini menunjukkan aktivitas bisnis di segmen UMKM kembali menggeliat, setelah sempat melambat lebih dari setahun terakhir,” kata Arief Harris, Direktur BTPN.

Selain membiayai segmen UMKM, BTPN juga menyalurkan kredit ke para pensiunan, dan melalui anak usaha BTPN Syariah juga menyalurkan kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif (productive poor). Penyaluran dana ke segmen productive poor tumbuh 85% dari Rp 1,35 triliun pada 31 Desember 2013 menjadi Rp 2,5 triliun pada 31 Desember 2014. “Data ini menunjukkan betapa tingginya kebutuhan pembiayaan produktif di segmen ini. Kami percaya, dengan pendampingan yang dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan terukur, Nasabah akan dapat bertumbuh,” lanjut Arief.   

Kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian yang tercermin dari NPL gross tetap terjaga di 0,7% pada akhir 2014. Hal ini tidak terlepas dari strategi BTPN yang memberikan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan kepada nasabah. Pelatihan dan pendampingan yang dikenal dengan Program Daya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas nasabah yang meliputi para pensiunan, pelaku UMKM, serta komunitas prasejahtera produktif.

“Nasabah yang disiplin mempraktekkan pelatihan keuangan dalam mengelola usahanya, merasakan langsung manfaat Program Daya,” ungkap Arief.

Sepanjang 2014, BTPN telah menyelenggarakan 143.277 aktivitas Daya, naik 59% (yoy). Sedangkan jumlah peserta Program Daya mencapai 1.770.299 nasabah atau meningkat 16% (yoy). Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pemberdayaan. 

Untuk menyesuaikan laju pertumbuhan kredit, BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Per 31 Desember 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 53,3 triliun, tumbuh 2% dari periode yang sama tahun lalu Rp 52,2 triliun. Sementara itu, pendanaan yang bersumber dari pinjaman bilateral dan obligasi sebesar Rp 8,2 triliun, meningkat 29% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp 6,36 triliun. Dengan demikian, pada 2014 total funding BTPN tumbuh 5% (yoy). Diversifikasi sumber pendanaan merupakan salah satu langkah yang diambil BTPN untuk meringankan biaya dana (cosf of fund).

“Tahun 2014 adalah periode penuh tantangan bagi industri perbankan. Dalam menyikapinya, BTPN berfokus melakukan hal-hal fundamental secara konservatif dan hati-hati, antara lain menjaga kecukupan likuiditas, menjaga kualitas kredit dengan baik, serta mengelola biaya bunga dan biaya operasional secara cermat,” tutur Arief.

Dengan menyeimbangkan pengumpulan DPK dan penyaluran kredit, BTPN mencatat tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 97%. Namun, apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 84%.  “Jika memasukkan komponen ekuitas, rasio likuiditas kami sebesar 71%. Rasio ini menunjukkan likuiditas kami masih sangat kuat dan sehat,” kata Arief.

Pertumbuhan yang cukup moderat di sisi kredit dan DPK, mendorong peningkatan aset BTPN sebesar 8% (yoy) dari Rp 69,7 triliun menjadi Rp 75 triliun pada Desember 2014. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,3%, jauh di atas ambang batas ideal yang ditentukan regulator.

Sementara itu, laba bersih setelah pajak (NPAT) tahun 2014 mencapai Rp 1,85 triliun, lebih rendah 13% dari periode yang sama Desember 2013 sebesar Rp 2,13 triliun. “Kenaikan suku bunga acuan sejak semester II-2013 lalu mengerek bunga deposito dan terus berlanjut di 2014. Ini tentu berpengaruh pada cost of fund kami. Namun kami optimistis, dengan modal kinerja yang sehat, dan dengan dukungan SMBC sebagai pemegang saham mayoritas, ke depan BTPN akan mampu bertumbuh bahkan lebih baik lagi,” tutup Arief.

 

***


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.