09 Mei 2014

KREDIT BTPN TUMBUH 14%, NPL (GROSS) 0,7% DAN CAR MENCAPAI 24%


Bersama SMBC & TPG, BTPN Siap Melanjutkan Pertumbuhan yang Berkelanjutan.

Jakarta, 8 Mei 2014 – Fokus dan konsisten dalam melayani dan memberdayakan segmen masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro & kecil (UMK), termasuk masyarakat pra-sejahtera produktif (mass market), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) terus mencatatkan kinerja positif.

Keberhasilan itu tidak terlepas dari strategi BTPN yang memadukan misi bisnis dan misi sosial yang tercermin melalui ’Daya’. Daya adalah program pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan, yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha.

“Kami menyadari, segmen mass market bukan hanya membutuhkan akses keuangan, tetapi juga pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas mereka. Untuk itu, BTPN memberikan Program Daya yaitu pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas nasabah,” kata Anika Faisal, Direktur BTPN.

Daya diterapkan pada setiap unit bisnis BTPN. Saat ini BTPN memiliki empat unit bisnis, yaitu BTPN Purna Bakti yang dirancang untuk para pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat yang ditujukan bagi pengusaha mikro dan kecil, BTPN Syariah yang dilahirkan untuk melayani masyarakat  prasejahtera produktif, dan BTPN Sinaya sebagai unit bisnis pendanaan.

Daya terbukti mampu menopang kinerja perusahaan. Hal tersebut tercermin pada pencapaian triwulan I-2014. Di tengah kondisi perekonomian yang penuh tantangan, selama triwulan I-2014, BTPN membukukan kenaikan penyaluran kredit tahunan sebesar 14% (year-on-year/yoy), dari Rp41 triliun pada 31 Maret 2013 menjadi Rp47 triliun pada 31 Maret 2014. Kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan penerapan asas kehati-hatian yang tercermin dari NPL gross 0,7% pada akhir Maret 2014, tidak berbeda dari NPL gross akhir Maret 2013.

Pencapaian ini sejalan dengan ekspektasi regulator yang menargetkan peningkatan kredit di kisaran 15% - 17% untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat dan seimbang. “Dampak dinamika perekonomian yang terjadi sejak semester II-2013 masih berlanjut. Kami tentu bersyukur tetap bisa bertumbuh dengan sehat,” kata Anika.

Anika melanjutkan, kondisi perekonomian nasional yang masih dibayang-bayangi oleh inflasi tinggi, kenaikan suku bunga simpanan, dan proses pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat mendorong perbankan melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk memperlambat laju kredit.

Sejalan dengan langkah untuk memperlambat laju kredit, BTPN menyeimbangkan porsi pendanaan dengan memperhatikan kecukupan likuiditas. Per 31 Maret 2014, Dana Pihak Ketiga (DPK) BTPN tercatat Rp49,3 triliun, tumbuh 6% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp46,6 triliun.  “Dengan strategi ini, loan to deposit ratio (LDR) terjaga di level 95%. Apabila memperhitungkan pendanaan dari obligasi, rasio likuiditas kami mencapai 84%, sangat kuat dan sehat,” ujar Anika.

Didukung kinerja positif tersebut, aset BTPN turut mencatat pertumbuhan. Pada 31 Maret 2014, total aset BTPN secara konsolidasi tercatat sebesar Rp67,3 triliun, naik 8% ketimbang posisi pada 31 Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp62,6 triliun. Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24%, jauh di atas ambang batas ideal yang ditentukan regulator.

Pada triwulan I-2014, BTPN membukukan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp493 miliar. Jika dibandingkan dengan laba bersih triwulan IV-2013 (quarter over quarter/QoQ), laba bersih triwulan I-2014 tumbuh 8%. “Perbandingan dengan kuartal IV-2013 menunjukkan bahwa bisnis kami di tiga bulan pertama 2014 sudah on the track. Ini awal yang positif  dalam mengarungi 2014,” kata Anika.

Apabila dibandingkan NPAT triwulan I-2013 yang tercatat sebesar Rp536 miliar, NPAT pada triwulan I-2014 mengalami koreksi 8%. Penurunan antara lain disebabkan oleh kebijakan Bank untuk lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi, mengingat belum stabilnya kondisi ekonomi baik global maupun nasional. Kenaikan biaya dana maupun biaya operasional juga turut menekan laba bersih perusahaan.

Konsistensi BTPN dalam melayani segmen mass market juga mendapat perhatian dari banyak pihak. Sejak 14 Maret 2014, BTPN juga telah memiliki pemegang saham pengendali baru yakni Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).  Dengan masuknya SMBC, kini BTPN memiliki dua pemegang saham pengendali yang kredibel dan terpercaya, yakni TPG Nusantara S.a.r.l (25,88%) dan SMBC (40%).

SMBC adalah salah satu bank terbesar di Jepang, yang merupakan bagian dari Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG), salah satu dari grup finansial terbesar di negara tersebut. Per September 2013, SMBC memiliki aset Rp14.693 triliun.

”Hadirnya bank yang memiliki kekuatan dan stabilitas setangguh SMBC, tentu akan meningkatkan leverage BTPN di industri perbankan nasional. Sebagai bagian dari institusi keuangan kelas dunia yang sangat kokoh, kehadiran SMBC tentu semakin membuka peluang bagi BTPN untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan,” ujar Anika.

Ke depan, bergabungnya SMBC tidak akan mempengaruhi fokus bisnis BTPN dalam melayani segmen mass market. Meski demikian, manajemen tetap mempelajari dan mengkaji peluang-peluang bisnis baru yang berdampak positif terhadap kinerja BTPN.

Salah satu bukti konsistensi BTPN dalam melayani mass market adalah dengan terus dilanjutkannya rencana pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah (UUS) BTPN menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Pada Februari 2014 lalu, BTPN melaksanakan penyertaan modal senilai Rp600 miliar di Bank Sahabat Purba Danarta. “Saat ini kami tinggal menunggu izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengonversi Bank Sahabat menjadi Bank Syariah yang dilanjutkan dengan spin off unit syariah menjadi BUS,” kata Anika.

BTPN Syariah difokuskan untuk melayani segmen masyarakat prasejahtera produktif, dengan rata-rata pinjaman sebesar Rp 1 juta - Rp 3 juta. Pilihan segmen ini meniscayakan ekspansi jaringan kantor dan pembukaan lapangan kerja baru.   “Bisnis model syariah yang kami kembangkan sangat padat karya. Saat ini unit usaha syariah BTPN memiliki 8.275 karyawan, dan selama triwulan I-2014 kredit yang disalurkan kepada para nasabah prasejahtera produktif mencapai Rp1,6 triliun, atau tumbuh 161% dibandingkan triwulan I-2013,” tutup Anika. 


Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

 

PT Bank BTPN Tbk
Andrie Darusman – Communications & Daya Head
Email: [email protected] atau [email protected]

 

Sekilas tentang Bank BTPN

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) merupakan bank devisa hasil penggabungan usaha PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Februari 2019. Bank BTPN melayani berbagai segmen yang ada di industri perbankan, mulai dari ritel hingga korporasi, termasuk para pensiunan, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), komunitas prasejahtera produktif; segmen consuming class; serta segmen korporasi. Layanan kami tersedia di unit-unit bisnis Bank BTPN, yaitu BTPN Sinaya—unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti—unit bisnis yang melayani nasabah pensiunan, BTPN Bisnis Mikro—unit bisnis yang melayani pelaku usaha mikro, BTPN Business Banking—unit bisnis yang melayani pelaku usaha kecil dan menengah, Jenius—platform perbankan digital untuk segmen consuming class, dan unit bisnis korporasi yang melayani perusahaan besar nasional, multinasional, dan Jepang. Selain itu, Bank BTPN memiliki anak usaha yaitu PT Bank BTPN Syariah Tbk yang melayani nasabah dari komunitas prasejahtera produktif. Melalui Program Daya, yaitu program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, Bank BTPN secara reguler memberikan pelatihan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas nasabah sehingga memiliki kesempatan tumbuh dan mendapatkan peluang untuk hidup yang lebih baik.